Minggu, 07 Juni 2015

Yogyakarta

Bukan kali pertama aku berkunjung ke kota pelajar ini, tiga tahun yang lalu saat sedang bertugas di Temanggung, nyaris tiap dua minggu sekali di akhir pekan aku datang ke Yogyakarta. Entahlah, apakah aku korban dari lagu legendarisnya Kla Project dengan penekanan pada bait :"..suasana Yogya.., atau memang kota ini memiliki kutukan sehingga siapapun yang pernah berkunjung ke sini, akan selalu rindu untuk kembali. Tidak perlulah menggelimangi pikiran dengan hal-hal yang berbau mistis atau supernatural seperti kawan-kawan netizen yang heboh dengan suara terompet di langit yang dengan semena-mena dikaitkan dengan sangkakala malaikat Izroil, memangnya Izroil harus latihan untuk meniup sangkakala?? Wallohu Alam Bissawab.

Liburan? tidak, aku ke Yogya sebagai petugas yang dimandatkan untuk melakukan pembinaan ke Unit Kerja di Yogya. Instruksinya pun sangat mendadak, sebagai upaya bos kecil memenuhi sabda bos besar. Semula bos kecil merencanakan untuk melaksanakan kegiataan pembinaan ini hanya ke satu Unit kerja saja, artinya cukup dua orang staff  yang pergi ke Yogya, namun karena Bos besar berkehendak agar pembinaan dilaksanakan di dua unit kerja, maka bos kecil merasa perlu untuk ditambah dua staff. Dan atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa - meminjam istilah yang sering digunakan bos besar- secara spontan bos kecil menunjukku dengan segurat senyum setengah memohon setengah memaksa agar aku tidak perlu berusah payah mengeluarkan alasan bermakna 'Tidak mau" atas penunjukkannya tersebut.

Segera saja sebagai warga negara yang baik dan anak buah yang tidak neko-neko, aku mengiyakan as spontan as bos kecil did. Segera mencari tiket termurah untuk hari minggu, dapat pesawat take off jam 18.05 WIB, sang Macan Merah. Maskapai yang dengan citra delay nomor wahid tetapi tetap dicari karena harganya yang miring ke bawah, tidak terlalu menyentuh lantai dasar dompet, murah meriah dengan konsekuensi harus sudi menggunakan level kesabaran yang tinggi. Aku berempat bersama Bli Komang- orang Jawa yang bernama Bali-, Mas Argi-Orang Jakarta alumni Unpad Jatinangor dan Mas Firda Kauzarrahman yang selalu menggunakan nama Uca agar tidak disangka perempuan.

Bli Komang mendapat "penghargaan" sekaligus ramalan sebagai pemimpin masa depan oleh Bos Besar, sudah kurang lebih tiga tahun ditugaskan dibagian Dokumentasi Kredit. Orangnya tinggi, antusias kalau ada maunya, jenaka dan kalau sedang serius nampak kesarjanaannya di bidang hukum plus kurang lebih pernah menjadi Account Officer (Marketing Landing) selama lima tahun. Tipe orang yang menyenangkan untuk dijadikan teman. Katanya, suatu ketika, istrinya orang Yogya dan sejak ditugaskan di Jakarta istri dan anaknya dibawa ke Jakarta, tepatnya tinggal di kawasan Bintaro Tangerang. Jakarta atau Tangerang?? kerja di Jakarta tinggal di Tangerang, sama seperti aku sejak dua bulan yang lalu, bedanya dia menggunakan kereta aku menggunakan Bis.

Mas Argi, sudah enam tahun di Divisi Administrasi Kredit bagian Manajemen Portofolio Kredit. Alumnus Sosek Pertanian Universitas Padjadjaran, yang beberapa waktu lalu dinyatakan lulus dan layak untuk menjabat sebagai Manajer Operasioanal atau Manajer Pemasaran dan sekarang tinggal menunggu secarik kertas bertanda tangan kepala Divisi Sumber Daya Manusia untuk ditempatkan disalah satu Unit Kerja kita yang jumlahnya ratusan dan menyebar hampir diseluruh wilayah NKRI, meskipun pada kenyataanya, berdasarkan suatu ketika dalam salah satu obrolan, dia berharap tetap berkantor di Kantor Pusat. Orangnya ramah dan tipe perokok malu-malu, maksudnya bukan perokok yang menghabiskan berbungkus-bungkus rokok dalam satu hari namun tidak juga termasuk tipe anti tembakau.

Mas Firda kauzarrahaman atau Uca, dia satu bagian denganku yaitu Bagian Pembinaan dan Pengembangan Administrasi Kredit (PPA), menguasai aplikasi Loan Approval System, orang Malang gemar mempertanyakan ketentuan- ketentuan atau kebijakan perkreditan, dan akan terkekeh-kekeh kalau menemukan ada kebijakan yang tidak masuk akal, tidak aplikatif atau tumpang tindih, "cocok jadi Direktur Pengendalian Risiko", kata salah satu teman di bagian PPA. Sekarang adalah tahun kedua dia ditugaskan di Bagian ini, meskipun menurutku dia tipe cerdas namun agak malau-malu kalau harus turun ke Unit Kerja, mungkin minder karena belum pernah menicicipi bekerja di Operasional. Tak apalah, waktu akan melenyapkan mindernya.

Kurang lebih setengah enam sore, kita berempat sudah berkumpuh di pintu satu terminal tiga Bandara Soekarno Hatta, hanya Firda yang tidak kesasar dulu mampir ke terminal satu. Aku, Bli Komang, dan Mas Argi masih beranggapan bahwa singa merah tujuan jogja departurenya di Terminal 1A/1B, ternyata oh ternyata..entah sejak kapan sudah pindah ke terminal tiga. Sembari manyun menahan kesal, istriku menginjak pedal gas dalam-dalam meluncur menuju terminal tiga dari terminal satu. Itu pun tak lama, karena tidak bisa lagi menginjak pedal gas dalam-dalam, karena macet. Diperlukan waktu kurang lebih lima belas menit untuk sampai di terminal tiga. So, buat kawan-kawan, bapak ibu, kajut onggang yang masih beranggapan singa merah tujuan jogja itu adanya di terminal satu segeralah berlapang dada untuk menerima kenyataan bahwa terminal tigalah sekarang tempatnya singa merah akan mengaum menuju ke jogja.

Dan, setelah tergesa-gesa check in, berlari-lari menuju pintu satu satu, ternyata masih ada waktu, Yes..tidak terlambat. Kejutan lainnya pun menyusul setengah jam kemudian, pesawatnya tidak delay. Kemudian ada kejutan yang lain, menggunakan bis feeder dari terminal tiga, eh ternyata kita dibawa ke terminal satu, boardingnya di terminal tiga tapi si pesawat adanya di terminal satu. "Mungkin terminal satu penuh loketnya", jawab Mas Argi menjawab keherananku.

Driver yang menjemput menggunakan Kijang Inova, bernama Mas Budiman, pengantin baru dengan mata lima watt karena menurut pengakuannya sudah menunggu di bandara sejak sore tadi, dia pekerja di Yogyakarta Katamso, salah satu unit kerja yang akan kami kunjungi. Bli Komang menyarankan untuk makan gudeg, namun saat kami tiba di tempat gudeg yang dituju, tempatnya tutup, mungkin karena tidak buka. Kemudian, masih atas usul bli Komang, kami berlima makan di angkringan petruk gareng di jalan Mangkubumi, aku memilih menu nasi mercon ayam dan nasi longi, plus satu tusuk sate telur puyuh, satu tusuk bakso isi tiga dan kepala ayam, dengan segelas teh tawar hangat, harganya lima belas ribu rupiah.

Aku yang menggelar tikar, di pelataran kantor Kedaulatan rakyat, koran nomor satu di Yogyakarta. Kami pun segera melahap nasi kucing masing-masing, obrolan tidak terlalu ramai meski aku sudah menyentil kebiasaan generasi medsos, yang alih-alih serua-seruan ngobro malah asyik dengan gadget masing-masing, Bli Komang update status di Path, begitu juga Mas Argi sedangkan Firda asyik berwhats app dengan- mungkin- pacarnya, hanya Mas Budiman yang tidak menyentuh gadgetnya. Aku? sudah check in duluan di facebook dengan balasan commet dari Ponakanku dengan simbo :O, dan membalas whats app dari istriku yang resah karena mama belum pulang juga dari Puncak, padahal berangkantya hari sabtu dini hari dan berjanji akan pulang hari minggu, namun sampai maghrib tadi belum pulang juga, dan bilang bahwa beliau sedang di Garut. Nah lho?

Setelah selesai makan, sebelum pengamen mendatangi tempat kami, kami sudah pergi berbarengan dengan tibanya dua rombongan menggunakan bis (tidak ada hubungannya sih, tapi ga rugi juga diceritakan). kami diinapkan di Hotel Grand Zuri Malioboro, masing-masing satu kamar, atas usulan Bli Komang, ah mungkin memang betul ramalan bos besar, aspek kepemimpinannya Bli Komang ini memang sudah ada, atau karena dia adalah yang tertua dan hafal Yogya? bisa saja. Aku dapat kamar 533, Password Wifinya zhm183, segera setelah sampai di kamar menelpon house keeping untuk minta tolong menyetrika tiga kemeja kerjaku, harganya tiga puluh tiga ribu.

Suara motor, kereta api, dengungan AC terdengar jelas dari kamar 533. Semoga selama tiga hari ini ada waktu untuk jalan-jalan eksplore Jogja, betul ini bukan kali pertama aku jalan-jalan di jogja. Tapi aku salah satu orang yang terkena kutukan "suasana Jogja"..Selamat malam.

Yogyakarta, 7 Juni 2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar